Minggu, 17 Juli 2011

Ramadhan : Sebuah Catatan Perjalanan

Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka (HR Al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani)

                Ini hanya catatan perjalanan satu jelata.  Siluet, tak menyejarah.  Didepanku, satu karya Paulo Coelho menunggu untuk dihabiskan.  Judulnya : “By the river piedra I sat down and wept”. Buku itu  lumayan tebal, 222 halaman, isinya bercerita tentang cinta yang dibangun oleh pasangan jiwa beda dunia beda karakter. Yang satu pemimpin, yang lain pemimpi. Yang satu visioner, yang lain nyaris demisioner. Yang satu gemilang, yang lain tak centang perenang, begitu biasa. Penuh penolakan, konflik batin, intrik kolektif, mimpi personal, dan  manis.  Baru berhasil melahap 17 halaman dan sampai pada satu kesimpulan.  Menawan. Paulo Coelho, menawan.   
                Bahasa cinta mungkin bahasa teruniversal, yang kita kenal sejak diselimuti rahim ibu.  Nyaman, dibalik kelembutan dan kekuatan wanita yang sungguh tak ingin kita sakiti itu. Cinta embrionik. Keterpisahan adalah ilusi. Saya sering merenung, kekuatan jenis apa yang membuat seorang wanita begitu tahan 9 bulan membawa beban. Meregang mengapung  nyawa ketika berusaha menghadirkan kita. Melewatkan benda berdiameter 13,5 cm ditengah jalan berdiameter 3 cm.Tentu bukan sebuah pekerjaan mudah. Pernah iseng bertanya pertanyaan serupa ke Ibuku. Wanita bersahaja itu menjawab lugu “Karena Tuhan yang nitip, Nak”. Ya, pengorbanan berdasar kecintaan. Kecintaan pada Tuhan. Hatiku salju, Bu. Kangen.
                Dua belas hari lagi, kita akan menjamu  satu bulan super istimewa.  Bulan kecintaan Tuhan. Ramadhan. Melakukan  kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Shaum ikhlas diganjar taqwa. Melakukan amalan sunnat, terbayar pahala wajib. Memberi makan orang berpuasa, sama berpahala dengan puasa itu sendiri. Melakukan tarawih, nilainya sama dengan shalat semalam suntuk. Benar-benar bulan obral. Obral berkah, obral pahala.
                Sudah menjadi rahasia umum, bahwa keberhasilan tujuan sangat ditentukan oleh keberhasilan persiapan.   Ellyas Pical harus menjalani 11 tahun latihan, dan akhirnya menjadi juara OPBF (Oriental and Pacific Boxing Federation) dan IBF (International Boxing Federation). Dua puluh kemenangan, satu seri dan lima kekalahan. Rekor fantastis.    Roger Federer, petenis asal Swiss, menghabiskan 8 tahun hidupnya untuk latihan dan berhasil memenangkan juara junior swiss, 9 gelar di Grand Slam tunggal putra dalam 30 penampilan, triple Tenis Masters Cup, dan 12 gelar tunggal ATP Masters. Luar biasa. Begitupun Rasulullah dan para sahabat di masanya. Saat-saat menanti Ramadhan,  para sahabat tak bedanya seperti calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Jauh hari sebelum hari “H” nya, mereka sudah memikirkan hal-hal yang sekecil-kecilnya. Mereka berfikir, gaun apa yang akan dipakai pada saat yang penting itu, apa yang diucapkannya, sampai bagaimana cara jalannya dan menata senyumnya.  Begitulah gambaran seorang Muslim yang merindukan datangnya Ramadhan. Tiada seorangpun di antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat yang menyala-nyala.
                Berikut adalah beberapa hal yang sering dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam    menyambut Ramadhan :
      1.memperbanyak ibadah, terutama ibadah shaum. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mempersiapkan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan yang disucikan tersebut 
2.       Memperbanyak ilmu tentang ramadhan. 
3.       Saling meminta maaf. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.

Akhirul kalam,semoga kita semua digolongkan menjadi orang yang siap dijamu oleh Ramadhan.  Eki meminta maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan di masa lalu.  Yang disengaja ataupun tidak. Allahumma bariklana fii rajaba wa sya'ban,wa ballighna fii romadhon. Ya Allah berkahilah kami di bulan rajab dan sya'ban,dan sampaikanlah kami di bulan ramadhan. Amin allahumma amin......

Jumat, 08 Juli 2011

(Bukan) Istana Kedua


Izinkan wajahku menjadi wajah telaga
Merona saat disulut cinta, menangis saat batin kehilangan kata
Memerah saat dihinggapi amarah, menggurat saat digores waktu
Izinkan wajahku bersuara apa adanya
Bagai telaga yang tak menolak lumut juga lumpur
Namun tetap indah dalam teguh dan ikhlasnya
Kepada udara, kepada surya, kepada alam raya
Menanti engkau yang melayang mencari arti hingga dini hari datang
Lalu kau luruh menjadi embun yang mengecupi halus wajahku
Saat engkau mencair menjadi aku dan aku hidup oleh sentuhanmu
Bersua tanpa balutan apa-apa
(Dewi Lestari)
            Seharusnya, ini kutulis dua tahun silam, ketika seorang sahabat datang bertamu tersedu di kamar. Wanita, 25 tahun usianya saat itu, cantik, mahasiswi S-2 sebuah institute ternama di Bandung, ceria*biasanya*, dan tentunya masih single. Saat itu, Bandung panas sekali. Juni memang tak pernah ditakdirkan bersahabat dengan hujan. Seingatku, pohon tanaman kertas,  di depan kamar  juga masih berkata malas berbunga. Gantungan cucian membisu, mungkin harap-harap cemas sang empunya ingat atau tidak mengangkat. Terdengar terlihat juga beberapa tetangga kamar, sedang asik menyeruput es potong yang memang selalu nikmat saat cuaca begini. Mereka bercanda. Bercanda soal partus, pasien pulang paksa, obat yang habis di ruangan, residen kandungan yang dekat dengan residen penyakit dalam, perawat senior yang tukang titah, atau soal menu makan malam yang sesuai kantong anak kostan. Ceria. Bidan-bidan muda itu memang selalu ceria.
            Sambil menikmati santap siang  yang sudah terlewat 4 jam dari waktu seharusnya, pintuku terdengar diketuk.  Masuk,  mungkin tepatnya nyelonong. Si cantik itu langsung duduk di pinggir kasur. Biasanya dia selalu membuka pertemuan kami, dengan ritual “cup-cup muah-muah” ala wanita. Tapi kali ini tidak, dia langsung memegang remote TV, memencetnya beberapa kali lalu kemudian menaruhnya.  Wajahnya bosan.  Mendung. Percakapan dimulai. “Kioo, makan apa?”, tanyanya tiba-tiba memecah hening. Berusaha menjawab sekenanya “telor…telor balado Rin....mau?”. “Nggak mau, males….”, sahutnya manja.  Duhduh, sahabatku yang satu ini memang unik. Biasanya orang stress, mendadak dirasuki setan bulimia. Tapi dia tidak. “Kioo, Bagas semalam sms, dia bilang dia kangen,   nggak dibales  sih, aku bingung”, penjelasannya meluncur begitu saja.   Aku masih asik dengan suapan. Berkata ringan “Seminggu lagi dia merit Rin, Sinta juga temen kita khan?”. Kulihat, si cantik itu terpekuk. Menyendu. “Tapi kok dia masih sms aku ya ?, sms nya aneh ”, si cantik itu jadi makin cantik kalau manyun begitu. “ Yo wes, nggak usah dibalas”, jawabku datar. Ku tak begitu suka memperpanjang masalah, yang kami sebenarnya sudah sama-sama tahu solusinya. Tapi begitulah wanita, ketika bercerita kadang tak selalu butuh solusi, hanya butuh telinga yang setia menemani.
Jadi teringat Bagas.Mungkin, karena sifat bertanggung jawab dan welas asihnya itu yang menjadikan dia buah bibir di kalangan teman-teman SMA. Menjadikan dia dijuluki Bagas ‘so damn sexy’ Saputra. Memang, beberapa tahun silam, dia pernah kami jodoh-jodohkan dengan Rini. Semua orang bilang mereka pasangan serasi. Tapi ya itu, orang tua Bagas, masih memegang prinsip leluhur, untuk tidak menikahkan anaknya dengan wanita di luar sukunya. Perjodohan batal. Bagas pergi PTT ke Sumatera dan Rini melanjutkan kuliahnya di Bandung. Tiba-tiba, sebulan yang lalu, kami menerima kabar. Bagas akan menikah dengan Sinta. Teman sekelas kami di SMA dulu. Karya Tuhan memang selalu penuh kejutan. Makanya ku terkejut, kenapa Bagas masih punya nyali untuk menghubungi Rini, seminggu sebelum pernikahannya.
Sebuah survey yang menyertakan 46.000 responden mengungkap bahwa satu dari lima pria yang telah/akan menikah mengaku berselingkuh dari kekasihnya. Sementara satu dari empat pria mengaku mungkin berselingkuh jika mereka tahu pasti tidak akan ketahuan. Sementara itu, 84 persen pria mengaku pernah tertarik dengan wanita lain, selain istri atau kekasih mereka.
            Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negative. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang banyak : tidak berterus terang, tidak jujur atau serong, suka menyembunyikan sesuatu, korup atau menggelapkan uang, memudah-mudahkan perceraian. Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun. Kelima-limanya tersebut tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, Pelanggar perintah Allah.  Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga. Contohnya, apabila seorang isteri diam-diam mengambil uang suaminya tanpa memberitahu itu sudah termasuk selingkuh.  Jika seorang suami sebenarnya mendapatkan penghasilan 1 juta namun dilaporkan kepada isterinya hanya 500 ribu, maka itupun sudah termasuk selingkuh. Puncak selingkuh dalam keluarga adalah salah satu pihak telah menjalin hubungan dengan pria/wanita idaman lain (PIL/WIL) tanpa sepengetahuan pasangannya.

Ada ayat dalam Al-Quran, Surat An-Nisa yang menjelaskan bahwa betapa dekatnya arti pasangan dengan diri kita sendiri, bahkan jikalau memang harus bercerai, mahar yang telah diberikan kepada isterinya dahulu tidak boleh diminta kembali. Berikut bunyinya :
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?”. (QS.4:20)

Sebenarnya tulisan ini untuk  diri saya sendiri. Dan juga Bagas. Teruntuk Bagas atau Bagas-Bagas yang lain, plis jangan hubungi Rini lagi ya. Sinta pasti terluka khan ?
*Nama tokoh, alur, dan latar cerita sudah sangat disamarkan, dengan persetujuan tokoh asli.