Sabtu, 25 Juni 2011

Insomnia

Insomnia berasal dari bahasa Latin, In yang berarti tidak dan somnus yang berarti tidur. Secara tentatif, arti insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu, gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.Insomnia, sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya alasan psikologis. Selain karena ketidakseimbangan psikologis *entah apakah bahasa eki benar kali ini*, insomnia juga banyak ditemukan sebagai akibat dari jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat), bekerja pada malam hari, sering berubah-ubah jam kerja, penggunaan alkohol yang berlebihan,efek samping obat-obatan tertentu juga pada penderita penyakit tertentu yang menyerang otak seperti ensefalitis, stroke ataupun penyakit Alzheimer.

Ya..ya..ya...apapun teori  di literatur, nyatanya  tetap tak bisa membua eki menemukan cara ampuh memejamkan mata sampai detik ini. Kulirik jam tangan dan ternyata sudah nyaris jam 2 malam..ckckck, eki jam berapa besok kamu mau bangun kalau sampai selarut ini matamu tak ingin kompromi, batinku. Kupatut-patut diri di cermin, melihat betapa kuyu mata itu, berkata berulang kali pada makhluk menyedihkan  disana "Eki, besok kamu harus jaga klinik, pasienmu menunggu.Mbak Rina pasti cemberut, kalau kamu terlambat lagi.Bu Eva sudah bikin janji  periksa gula darah khan?Typhoid Pak Dedi harus dikontrol, typhoid tongue-nya sudah hilang atau belum .Belum lagi tambahan penyuluhan hipertensi ke posyandu. Besok banyak yang harus dilakukan eki, maka tolong tidur sajalah", ujarku sendiri. Tapi lagi-lagi batinku berontak. Bergulung-gulung memikirkan hal-hal yang sebenarnya bisa saja kupikirkan besok.Tulisan yang tak kunjung selesai padahal deadline sudah dekat, rencana PTT ku, kuliah sabtu-minggu, memperluas pasar bisnis kecil-kecilanku, atau mungkin yang paling mengganggu adalah tentang hal lain yang sulit kuubah, kecuali Allah yang menghendakinya berubah. Semua berkumpul jadi satu seolah menjepit, menghimpit dan mengurungku kejam*berlebihan banget sih eki*. Kucoba search di Google, dan akhirnya kudapat 12 tips yang mungkin bisa membantuku tidur....satu,dua, tiga, dua belas dan rik..rik..eki belum juga mengantuk. Membolak-balikkan badan diatas kasur. Mengganti channel TV berulang kali. Membetulkan letak bros. Menulis diari.

Puncaknya, tangisku pun tumpah. Entahlah, senjata yang satu ini tampak selalu berhasil membuat eki  sedikit lebih tenang. Ya Allah, maafkanku. Kangen. Banget. Maaf terlalu sering mendiskreditkanMu, bahkan ketika ku telah berada di puncak jenuh sekalipun. Kesombongan, melumpuhkanku. Terlalu percaya diri bahwa ku mampu menghandle semua tanpaMu. Kesombongan mengakui betapa kecilnya aku dihadapanMu. Kesombongan untuk meminta. Meminta untuk diberi kekuatan merubah hal-hal yang memang bisa kuubah. Mengikhlaskan dan memaafkan diri sendiri atas hal-hal yang tak mungkin lagi  dirubah. Dan memohon kebeningan hati untuk dapat membedakan dua hal itu. Bergegas,ingin wudhu. Benar- benar rindu. Rindu dua raka'at syahdu itu.......

Bandung dini hari, 26 Juni 2011

Kamis, 16 Juni 2011

Cahaya Hati

By : Opick

Allah engkau dekat
Penuh kasih sayang
Takkan pernah Engkau
Biarkan hamba Mu menangis
Karna kemurahan Mu
Karna kasih sayang Mu
Hanya bila diri Mu
Ingin nyatakan cinta
Pada jiwa jiwa yang rela
Dia kekasih Mu
Kau yang selalu terjaga
Yang memberi segala
Allah Rohman Allah Rohim
Allahu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi
Allah Rohman Allah Rohim
Allahu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi
Di setiap nafas di segala waktu
Semua bersujud memuji memuja asthma Mu
Kau yang selalu terjaga
Yang memberi segala
Setiap makhluk bergantung padaMu
Dan bersujud semesta untuk Mu
Setiap wajah mendamba cinta Mu cahaya Mu

Pisang Hijau

Bahan :
200 gr tepung beras, 400 cc santan cair dan 1 butir kelapa, 50cc santan kental, 50 gr gula pasir, 50 cc air, 10 buah pisang raja/kepok yang tua, kukus, kupas, 10 lbr daun suji, 10 lbr daun pandan, garam, daun pisang untuk membungkus

Cara membuat :
1. Haluskan daun suji dan pandan beri air, peres, saring
2. Campurkan tepung beras, santan cair, gula, garam dan campurkan air daun suji. aduk rata. jerangkan diatas api hingga kental dan matang, angkat, dinginkan.
3. Olesi selembar daun pisang dengan santan kental, letakkan 3 sdm adonan di atas daun tipiskan lebih kurang 1/2 cm, beri 7 buah pisang, gulung dan rapatkan dengan adonan tersebut menyerupai pisang utuh.

Tak Seindah Bidadari


Bidadari. Sangat sering kita membaca, mendengar, atau bahkan menggunakan kata tersebut dalam percakapan atau bahasa sehari-hari untuk menggambarkan perempuan yang cantik jelita, dan yang mempesona.

Bidadari sebenarnya berasal dari kata bahasa Sanskerta, yaitu vidyadhari, kata vidya berarti pengetahuan/ilmu dan kata dhari berarti pembawa (akhiran –i menunjukkan sifat feminin), jadi bidadari itu artinya adalah “pembawa ilmu”. Mungkin sang pembawa ilmu yang dimaksud itu adalah para peri (bahasa Inggris: fairy) dari golongan dewa yang tinggal di Kayangan (Kerajaan Atas Angin) yang merupakan pembawa berita-berita, perintah-perintah dan juga ilmu dari negeri atas angin (langit) kepada negeri bawah angin (bumi). Dalam penggambaran orang sehari-hari, peri sering digambarkan sebagai sosok wanita yang cantik, bercahaya dan memiliki kekuatan luar biasa (extraordinary) yang mampu mewujudkan keinginan dan permohonan manusia yang bersifat luar biasa dan menakjubkan.

Dua tahun silam, ketika menjalani masa per-coassan di bagian Psikiatri  ku bertemu  seorang pasien. Awal melihatnya, dia tampak sama saja dengan pasien yang lain. Kerudung bunga-bunga coklat dipadukan kemeja kuning dan rok abu-abu. Ah, seleranya berpakaiannya buruk, pikirku.Kesadaranku pulih, dia khan pasien psikiatri Eki. Mengingat tempat dimana dia berada sekarang saja tak begitu mampu, apalagi harus mengurus padu padan pakaian. Tapi dia menang satu hal, sendu matanya membiusku *halah, alaaay*…Gadis manis itupun mulai berceloteh tentang hal-hal  seru dalam hidupnya. Mulai dari adik TPA binaanya yang masih terbalik membedakan yang mana huruf nun yang mana ba, cah kangkung buatannya yang menurut ayah tak pernah enak, adik bungsu yang sering mengatainya pesek, ketua Karang Taruna yang membuatnya jatuh hati…..aih….aih… sampai akhirnya menangis tersedu ketika bercerita soal nenek.Ya, nenek yang selalu membandingkan dirinya dengan Sang Ibu. Begini katanya lirih “Teh, kata nenek dulu ibuku cantik sekali…kaya’ Mulan Jameela…ini fotonya”. Dia menyodorkan selembar foto buram, sepertinya foto itu sudah pernah dirobek tapi akhirnya disambung lagi dengan lem. “ Iya Dek, cantik”, kataku tersenyum. Tapi dia bukannya bahagia mendengar ibunya dikatakan cantik. Tangisannya malah tambah kencang. Kutunggu sampai tangisnya reda…dua menit..lima menit..10 menit…belum berhenti menangis ternyata…..Duh, kalau kayak gini terus BST ku nggak bakalan selesai-selesai nih, pikirku…Akhirnya kuakali dan bilang “Tapi Dina (nama samaran) lebih cantik kok, Dek….jauh lebih cantik”.Alhamdulillah, jurusku berhasil, dia berhenti menangis… tersenyum dan bercerita lagi…nadanya lebih tegas kini. “Teh, nenek sering bilang aku nggak secantik ibu…aku lebih mirip Bapak….nggak kaya’ Adek.. kesel”. Kubiarkan dia menumpahkan semua, mencoba berempati….
Seorang psikolog kenamaan, Rahmita P. Soendjojo mengatakan bahwa pola asuh yang sering membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain atau dengan anggota keluarga lain akan membentuk kepribadian peragu bagi anak yang bersangkutan. Sebaliknya, anak yang jadi bahan pembanding akan selalu merasa diri sempurna sehingga sering salah arah. Memang, aku Mitha, membanding-bandingkan adalah sesuatu yang wajar dan alamiah. Orang dewasa, misal, bukankah kalau “digesek” seperti itu akan lantas panas hingga terpacu semangatnya? Tapi jangan lupa, anak bukan orang dewasa karena ia masih serba terbatas, baik fisik, kemampuan, maupun cara berpikirnya. Anak tak akan langsung bisa mengambil keputusan untuk belajar atau berbuat manis karena pengalaman belajarnya juga belum ada. Karena itu, mulai kini eki ingin belajar memanggil Dina atau Dina-Dina yang lain dengan sebutan  bidadari…….Pun tak cantik, pun tak pintar, pun tak berbakat, pun tak semangat sekalipun, mereka layak dipanggil bidadari….

Teruntuk Dina, semangat ya^^…

Karawang, 16 Juni 2011.

Makna Zuhud

Aku tahu, rizkiku tak mungkin diambil orang lain
Karenanya hatiku tenang...

Aku tahu, amal-amalku tak mungkin diambil orang lain
Maka aku sibukkan diriku untuk beramal....

Aku tahu, Allah SWT selalu melihatkua
Karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat.....

Aku tahu, kematian menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku.....
 
Ya Allah, ijinkanku makin hari makin mencintaimu...hanya itu.....

Rabu, 15 Juni 2011

Pangsit isi udang

Bahan :
250 gr udang. cincang halus. 150 gr daging ayam, cincang halus.50 gr kacang polong, 40 gr wortel, potong dadu, 1 butir telur, kocok lepas, 20 lembar kulit pangsit.Minyak untuk menggoreng.

Bumbu :
4 siung bawang putih, haluskan. 1 sdm seledri cincang, 1 sdm irisan daun bawang, 1/2 sdt lada halus.1/2 sdt garam halus.1/2 sdt gula pasir.

Cara membuat :
1. Campur dang, daging ayam, telur dan semua bumbu-bumbu .Aduk rata. Masukkan kacang polong dan wortel, aduk rata.
2. Siapkan satu lembar kulit pangsit.Beri satu sendok makan bahan isi.Bentuk sesuai selera.
3. Kukus pangsit selama 30 menit atau hingga matang.Angkat, dinginkan.
4. Panaskan minyak.goreng pangsit hingga kulit pangsit berwarna kuning kecoklatan. Angkat. Sajikan hangat dengan sambal kacang atau saus sambal.